Minggu, 10 Mei 2009

Kepengurusan

Penasehat : H. Eman ,MBA. Cahya Edi ,S.sn. M.Hum.

Ketua : Teten Hidayat S.sn.

Sekretaris : Billa Rachmat W

Bendahara : Siti Nurlela P

Pengembangan dan Pemberdayaan : ST Wahyu Joko Subroto

Publikasi dan Dokumentasi : Deni Irwansyah, S. Pd.

Administrasi : Pipit Nugrahaeni,

Koord. Kesenian : Moch.Ramdhani, Riska Erlanda.W

Koord. Kerajinan : Ika Murtika, Koord. Usaha : Agus Kusnadi

Logistik : Saepul Bachri, Iwa Permana, Mumuh

Koord. Keanggotaan : M.Tisna

Koord. Harian : Erma Priyana, Rina Priyono

Koord.Kegiatan : Lisyia A, Rini, Astria Agustina

Maksud, Tujuan, Sifat & Fungsi

Maksud

Menyediakan wadah kesenian nusantara sebagai ruang yang bisa dimanfaatkan untuk masyarakat dalam mengembangkan kesenian negeri.

Tujuan

Menyediakan informasi seluas-luasnya mengenai kesenian nusantara bagi masyarakat secara umum serta mendokumentasikan segala bentuk kesenian nusantara dalam rangka menggali, mengenalkan, serta mengembangkan kembali kesenian tradisional sebagai upaya melestarikan kekayaan seni nusantara.

Sifat

1. Independent terbuka : waditra tidak terikat oleh salah satu lembaga di masyarakat, tidak tergantung kepada salah satu pihak atau golongan manapun, terbuka untuk siapapun dan dari golongan manapun.

2. Fasilitator/mediator : waditra sebagai ruang publik yang bisa dimanfaatkan oleh para pengkarya untuk menyampaikan karyanya, sebagai central lintas kesenian, pendokumentasian serta penginformasian dari dan bagi masyarakat.

3. Konservatif dan Inovatif : waditra sebagai ruang pengembangan kesenian negeri, dalam upaya menciptakan pembaharuan-pembaharuan kesenian menuju kemajuan.

4. Produktif : waditra sebagai ruang peningkatan mutu produktifitas; memproduksi bentuk kesenian baik sastra, rupa, musik, suara, maupun gerak, dengan memproduksi sendiri dan atau kerja sama antar produksi.

5. Kaderisasi : waditra membentuk kader insan-insan kesenian, baik berupa pelatihan, kursus/privat, atau melalui produksi.

Fungsi

Sebagaimana pemikiran yang lahir dalam pembentukan waditra dalam kaitannya sebagai wadah seni tradisi, maka ruang ini bermanfaat bagi peningkatan sumber daya manusia yang berkualitas dalam upaya mendukung program pemerintah, sesuai dengan fungsinya maka waditra bisa menjadi ruang alternatif bagi masyarakat,

1. Civitas Akademika

Menjadi tempat penelitian/sumber informasi kesenian daerah, diantaranya dengan menyediakan tenaga ahli seni dalam mendukung kurikulum pendidikan formal, untuk melaksanakan pengenalan, pendidikan maupun pelatihan bagi insan akademisi.

2. Pengkarya/seniman

Menjadi tempat/central/ruang untuk mempublikasikan serta mendokumentasikan karya-karya seni.

3. Masyarakat Umum

Menjadi tempat ruang pendidikan non-formal yang bisa dimanfaatkan oleh masyarakat umum, sebagai media mendapatkan informasi bentuk-bentuk kesenian daerah .

4. Wisatawan Luar Negeri

Menjadi ruang informasi bagi penikmat seni maupun pengkarya dari mancanegara untuk mendapatkan informasi tentang kesenian tradisional.

Titimangsa

Berangkat dari pemikiran bahwa harus ada wadah yang bisa memfasilitasi kekaryaan, mendokumentasikan, serta mempublikasikan kekayaan seni negeri, maka dilahirkanlah sebuah ruang publik komunitas kecil.

Didirikan oleh lima orang warga Indonesia,

Yaitu :

1. Teten Hidayat S.sn.

2. ST. Wahyu Joko Subroto

3. Sandra Hendrawan

4. Iwan Setiawan

5. Gantina Ama.pd.

Pada,

Hari : Rabu

Tanggal : 15 September 2004

Waktu : 21.00 WIB

Tempat : Cikancung Kab. Bandung Jawa Barat Indonesia

Latar Belakang

Melatar belakangi ; sebuah “kantung budaya” dengan nama ‘komunitas kreatif Cikancung’ menjadi bentuk yang di olah sedemikian rupa melalui perubahan dan pematangan, dilahirkanlah sebentuk ruang kreatifitas yang dimotori pemikiran generasi negeri dengan nama, “Waditra”.

Awal pemikiran dasar pembentukan ;

Nusantara sebagai ruang yang sangat global, menumbuhkan beraneka ragam pemikiran yang melahirkan cara kemudian menjadi budaya. Pola ini tak bisa kita hindari, bergulir dari masa ke masa. Begitulah proses hidup.

Dari proses tersebut muncul sub-budaya yang menjadi bahan penting bagi perjalanan hidup, yaitu seni tradisi.

Dari ujung ke ujung tanah negeri ini, siapa yang memungkiri bahwa tanah kita kaya akan kesenian, semua mengakuinya, ‘bahwa negeri ini kaya akan budaya, dan setiap jengkal karya ini perlu dilestarikan’.

Salah satu karya besar, Sunda sebagai territorial kecil negeri menyimpan aneka bentuk karya seni, baik yang bersifat visual maupun non-visual. Dari hari ke hari masyarakat menyadari bahwa sangatlah penting memahami seni, dalam arti mengetahui dan mengenali kekayaan seni tanahnya.Tetapi pemahaman tersebut tak dapat terwujud secara nyata karena pemikiran kita tak dapat membendung budaya asing yang bergulir dengan dahsyat. Televisi, radio dan lain sebagainya, membentuk pola hidup kita, membangun jembatan kokoh yang kerap berpihak pada budaya asing, dengan mendonorkan pemikiran asing melalui badannya, sementara budaya yang melahirkan tubuh kita perlahan dilupakan.

Masyarakat semakin smart, golongan-golongan pemikir tumbuh.

Komunitas-komunitas yang dimotori bagian kecil masyarakat terbentuk. Contoh logis : berangkat dari keingintahuan seperti melahirkan penggiat-penggiat kesenian dan kerajinan tradisi, atau komponen-komponen alit yang mencoba menggali kembali bangunan budayanya sendiri. Tetapi komponen-komponen ini akan senantiasa pudar kembali, jika aspek pendorong untuk memperkuat bangunannya, tak kuat melawan arus asing yang solid bersama pendukungnya.

Oleh sebab itu untuk memperkuat bangunan budaya kita sendiri, yang terdiri atas komponen-komponen kecil “sanggar-sanggar tradisi/komunitas-komunitas budaya” perlu dibentuk wadah yang berskala besar dan solid dalam rangka menjadi penguat bangunan budaya tersebut.

Fakta mengatakan ; banyak sanggar tradisi lenyap begitu pun bentuk karya tingginya yang mengakar terhadap negeri ikut menghilang. Karena apa? Karena memang tak ada ruang yang memfasilitasinya untuk berkembang. Karya tradisi dianggap tak bisa lagi memenhi sifat sebagai media penghibur bagi masyarakat, kuno! Ungkap mereka. Padahal jika dikaji lebih dalam lagi, betapa besar manfaatnya bagi kehidupan di negeri ini.

Betapa pentingnya mengenal budaya sendiri bagi kehidupan berbangsa dan bernegara, harus kita tanamkan serta tumbuhkan kembali di negeri ini.

Berangkat dari pemikiran tersebut, waditra hadir.